Jumat, 28 Maret 2014

fokus



Fokus!
Cinta dalam teoriku adalah tingkat fokus paling tinggi. Orang yang sedang jatuh cinta memiliki tingkat fokus 100% pada target. Terkadang jika kita sedang berusaha fokus pada pekerjaan sangatlah sulit. Berkali-kali mencoba untuk mengerjakan apa yang seharusnya kita kerjakan dengan tingkat konsentrasi tinggi yag terjadi hanya tidur, kalau tidak ya lapar,  kalu tidak ustru malah terlalu fokus sehingga lebih sering salah dan tidak karuan.
Orang yang sedang jatuh cinta itu seperti lensa kamera. Lensa yang sedang fokus pada satu objek. Apa yang lain tidak terlihat? Tentu terlihat. Namun arena kita sedang fokus pada satu hal, maka yang lain akan blur.
Dan itu pernah terjadi padaku. Beberapa waktu yang lalu. Saat mataku, hatiku dan pikiranku hanya sedang fokus pada satu orang. Maka, berangkat ke kantor, hanya ida yang jadi fokusku. Ketika sedang bekerja dan tiba-tiba dia ada, mataku akan denagan cepat merespon, hatiku akan dengan sigab membuncah dan pikiranku akan dengan tepat memberikan perhatian. Ya, fokus. Hanya dia yang ada dalam setiap tarikan napas.
Saat itu, bahkan lensa kameraku hanya mencari dia dalam setiap bidikannya.yang lain hanya numpang nampang saja.
Pada awalnya fokusku itu membuat semua yang aku kerjakan menjadi baik. Kekantor semangat. Lembur ceria. Kerjaan beres. Gajian bahagia tidak digaji? Tentu tetap menangis. Manusiawai. Tapi aku fokus dan tetap fokus. Sehingga bahkan dalam doaku hanya dia yang aku panjatkan.
“Ya Alloh, jika memang dia jodohku maka dekatkanlah. Jika dia bukan jodohku, jodohkanlah”
Bahkan karena fokusnya aku sama dia, sekalipun aku tahu dia sedang dalam proses persiapan menikah, dia tetap aku minta dalan doaku
“Ya Alloh, jika dia bukan jodohku jodohkanlah” kalimat berikut melengkapi “putuskan ia dengan tunagannya dan jodohkan denganku” ya.. fokus sekali kan?
Namun memang doa yang memaksa itu seperti kita mau ngeramapok. Semakin di paksa semakin orang yang akan kita rampok jadi semakin tidak ihlas.
Fokus itu hanya berbuah sakit hati. Ya, sakit yang teramat hati. Dalam di dalam hati. Namun karena begitu fokusnya bahkan aku sanggup tersenyum dan seolah tidak merasakan apa-apa. Gila? Itulah fokus cinta. Sampai sekaranag kadang aku masih menjadikan dia fokusku. Entah dengan alasan apa. Mungkin karena terjebak nostalgia hadeh…
Semoga Alloh memberiku yang terbaik
Yang penting tetap FOKUS!!!!

Kamis, 20 Maret 2014

my egoism



Manusia itu egois, meminta banyak tapi maunya tidak usah pakai memberi. Manusia adalah mahluk yang aneh, menurut aku. Termasuk jua saya. Kadang saya juga tidak bisa memahami, bagaimana bisa manusia begitu saja di ciptakan dengan kompleksitas masalahnya, dengan kebodohan dan kekonyolannya.
Sering meminta, padahal jelas, yang diminta bukanlah sesuatu yang “boleh” diminta. Apapun itu. Di sana, di tempat kecil dihatinya, selalu memberikan penyangkalan atas apa yang sudah jelas diketahui kebenarannya.
Manusia tidak bisa di percaya. Mengatakan ya, padahal dalam hati menolak habis-habisan. Mengatakan biasa saja, padahal dalam hati melompat kegiranan. Manuisa adalah mahluk yang katanya kuat, menganggap dirinya kuat, merasa dirinya kuat, namun ketika ditimpakan kesusahan padanya, sedikit saja dari bagian hidupnya, keluhannya bisa meruntuhkan jgad.
Seperti aku. Berusaha mengatakan tidak, “tidak ah, biasa aja”… aah, buatku dia hanya teman saja, … jangan ahh, kita kan berteman
Tapi jauh di lubuk hati, bahkan sebenarnya bukan lagi di lubuk tempatnya, di bagian awang-awang hatiku. Aku sungguh sangat sangat menginginkannya… sungguh sangat sangat menginginkannya… sangat…sangat….
Segala kesempatan doa kulabuhkan untuknya,,, namun setiap pertanyaan ku jawab dengan penyangkalan….. entah ini sebutan bagi kebodohanku, atau aku memang seperti ini.
Semua bentuk pertanda yang aku minta di jawab terbalik oleh sang MAHA Pemberi jawaban. Namun, semua kuterjemahkan berkebalikan. Semua ku angap sebagai sesuatu yang belum terjawabkan.. biar seperti apapun itu, aku angap sebagai sesuatu yang belum dijawab,
Biarpun aku tahu sesungguhnya sudahlah jelas, harapanku tak lagi bertepuk, namun aku benar-benar benar tak menghiraukannya. Biarpun tiap kali wajah itu mengguratkan senyum, seolah meyakinkanku, akulah miliknya, namun selalu aku doakan semoga semua berubah. Meski segala rasa sakit ini mendera bertubi-tubi. Namun tetap saja aku menghendakinya….
Bodoh ya?
Bahkan ketika hari ini aku benar-benar sudah tidak punya peluang, aku masih menyimpan harapan. Jadi ingat apa yang aku tonton semalam. Gentleman dignity. Dalam sebuah adegan, ada seorang tokohnya bilang,
“I didn’t belief the doctor to, he said if I try hard, I’ll get some hope. For me, hope is only for someone who has no chance!”
Ya, aku masih berharap. It’s mean that I really know that I have no more chance. Tapi karena aku memang egois, maka aku masih menyimpan harapanitu sekalipun aku tidak punya kesempatan. Buat ku sekarang, nothing to lose about him, cause I’ve lost everything about him more.

Rabu, 19 Maret 2014

#dansanada tanpa jeda#



Dansa nada tanpa jeda

aku berdansa dalam hentakan yang sama denganmu
seiring dengan dentum dan birama yang tak sendu
dalam sebuah ruangan kedap suara yang menggema
diatas panggung baja berlapis papan
dengan sepatu kayu cendana yang wangi
bergaun biru muda berhias mutiara

aku berdansa dalam cuaca yang mendung
dibawah naungan kanopi
diatas lantai pualam
direngguti senyum beriring gerimis
diirngin nada tanpa jeda
menggeliat dalam rintik hujan
mencumbu awan yang abu kelabu

aku berdansa denganmu tanpa irama mendebur
dalam keruh berkecipak air di telaga tanpa warna
bukan jemari yang bertaut
bukan hati yang bersungut
namun rindu yang memungut hatiku yang bergugur

di sana diatas pentas terakhir
dimana semua suara menggebu
menumbuhkan semua perdu
membentang sepadang ilalang
menutup jalanku bertemu denganmu

bukan jemari yang bertaut
bukan hati yang bersungut
namun cinta yang mengerucut
mendekati hatimu yang menjauh sejauh gunung berseberang laut

di atas panggung baja berbingkai kayu cendana beralas pualam
aku bergaun mutiara biru dan cahaya bulan sabit

mari sayang,
berdansalah denganku
dansa terakhir sebelum kau dan aku saling menyembur
jauh dari jemari yang bertaut…
di sana di dansa terakhir kita
hanya ada kita
hanya ada nada tanpa jeda…

Rabu, 12 Maret 2014

ICU



Intensive Care Unit

Serem ya? Ya, saya Cuma mau mengambil istilahnya saja. Intensive Care Unit. Dalam bahasa Indonesia berarti bagian yang memberikan penangan secara sungguh-sungguh. Secara sungguh-sungguh.
Sesungguhnya kalau istilah ini dipakai dalam kehidupan sehari-hari ada kalanya hal-hal yang kita alami saat ini dapat digolongkan kepada hal yang memerlukan penangan secara sungguh-sungguh. Msisalnya dalam hal pertemanan. Ini yang mungkin sedang akau alami. Pertemanan itu seperti manusia. Adakalanya seat, adakalanya sakit, adakalanya tamat.
Manusia jika sehat semua hal yang dilakukan tubuhnya dpat dikoordinasikan dengan baik oleh otak. Semua perintah dapat dikomunikasikan dengan sempurna sehingga eksekusi nyatanya juga “BerhasiL”. Namun adakalanya, virus datang sehingga ada gangguan. Mulai dari ringan, sedang sampai kategori gawat dan harus dimasukkan ke dalam ICU.
Pertemanan. Pada awalnya pertemanan akan dimulai dengan hal sederhana, bersalaman. Dimulai dengan ppertanyaan, “Namanya siapa?” lalu menjawab “Rismaniest akmalaistme” dan obrolan berlanjut. Jika tidak ada gangguan, pertemanan akan lancar. Tumbuh dengan baik. Berseri dan berbunga. Emm, kalimat lain mungkin sehat. Perlahan hubungan pertemanan meningkat. Percakapan mulai berlanjut pada dialog khusus. Dialog tentang hobi, kesenangan dan kebiasaan.
Jika itu juga berjalan tanpa gangguan maka akan berlanjut dalam tahap yang lebih serius. Dua orang teman akan melakukan hal-hal yang mereka sukai bersama-sama. Nongkrong, jongkok jungkir balik dan tengkurap bersama. Menyenangkan. Membahagiakan. Tertawa dan terbahak bersama.
Kadang kala tiba-tiba manusia terserang flu.hidung mbeler, bersin batuk pusing dan demam. Lalu minum obat dan istirahat, dua hari berikutnya sembuh. Pertemanan, mungkin juga mengalami fase yang sama. Kadang mungkin sedang terserang flu. Bicara saling berteriak sepertiorang sedang bersin, lalu mengatakan hal-hala buruk dan menjijikkan seperti ingus menjadi meradang dalam perasaan dan berasa pusing. Fase berikutnya mengalami hubungan yang panas, seperti demam.
Solusi? Mudah. Cukup saling diam, menjauh sesaat. Beristirahat dari rutinitas dan intensifitas pertemuan. Akhirnya demam mereda, suara keras berkurang dan ingus kata-kata joroknya hilang. Sembuh dan ceria kembali. Rutinitas bertemu menjadi menyenangkan lagi.
Kadang manusia mengalami fase sedikit lebih parah. Tiba-tiba badan panas, muntah-muntah dan lemas. Tifus. Solusi, check daah, minum obat dan sampai opname di rumah sakit. Namun, lambat laun muntah-muntah berkuranag, demam turun dan sembuh. Pulang kerumah dan menjalani aktifitas seperti biasa.
Pertemanan? Mungkin juga mengalami hal yang sama. Tiba-tiba semua yang diucapkan ole sahabat menjadi barang pahit yang harus dimuntahkan. Kepala menjadi pusing dan malas. Lalu hubungan memanas lalu saparate for a moment. Masing-masing menjauh. Datanglah dokter yang menengahi, memberikan injeksi pemikiran dan solusi. Kata-kata sudah tidak lagi dimuntahkan, lalu hubungan mulai mendingin dan mendingan. Selanjutnya tenang dan bertemu kembali. Akrab.
Kadang kaa manusia ceroboh, makan seknyangnya, senak mulutnya, kenyang perut tak kenyang mata. Segala sate setusuk-tusuknya. Segala bakso semngakok-mangkonya. Segala es se penjualnya dihantam juga. Karena sudah seringr terkena macam-macam virus, virus penyerangnya kemudia lebih parah. Darah tinggi dan stroke. Diulang opnamenya. Sebagian sembuh dalam kondisi, sedikit menurun saja. Adakalanya mengalami kelumpuhan di beberapa titik tubuhnya. Kadang harus masuk ICU.
Pertemanan? Oh pasti mengalami juga. Karena terlalu banyak mendengarapa kata dia, apa kata orang. Semua ditelan mentah tanpa dicerna. Yang terjadi, hubungan memburuk. Terkena darah tinggi. Bicara selalu dengan nada tinggi. Tiba-tiba, stroke. Kolapse. Setelah ditangani agak serius, menjadi sehat terkadang, namun mengalami penurunan fungsi teman. Kadang kemudian mengalami masalah lebih rumit. Komunikasi terputus. Lumpuh, pertemanan ada, namun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Selanjutnya ada yang berjalan sekian lama, dan lumpuh terus lalu masuk ke ICU. Karena tidak ada respon pertemanan.
Dan pertemananku sepertinya sedang begitu. Koma, lumpuh. Bahasa Inggrisnya Paralyzed. Kami berteman, kamipunya status pertemanan yang sedang on. Namun kami off. Tidak ada komunikasi, tidak percakapan.tidak ada pertukaran info.
Hubungan pertemanan ku mungki sedang menginap di ICU bahkan mungkin sudah masuk ke ICCU. Semoga hanya koma lalu kembali seperti biasa, dengan sedikit penurunan fungsi saja. Jangan sampai jadi paralyze….

Selasa, 11 Maret 2014

semrangat 65



Berat badaku!!

Hari ini ada peristiwa yang dialognya agak membuatku merasa minder dan bangga dalam satu waktu. Namun sebagaimana kebanyakan manusia, maka ia akan lebih merasakan sakitnya dari pada bahagianya. Ingat pepatah, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Meskipun nggak ada hubungnnya dengan makna peribahasanya, namun biasanya karena rasa sakit yang sedikit puji sanjung bisa hilang sekejap.
Dialog itu bermula ketka si mrs blink tiba-tiba mengajukan pertanyaan kepada khalayak ramai
“bumbu untuk masak sayur bobor apa ya?” karena merasa tahu dan merasa bahwa pertanyaan itu untuk umum, maka saya beranikan untuk mejawab.
“anu bu, bawang merah, bawang putih, ketumbar, kencur ntar dikasih santan” suaraku lantang dan percaya diri, karena aku sering memasaknya jadi aku merasa tidak akan ada yang lupa.
“loh, itu bukan lodeh ya?” aku jadi terlihat bego. Tapi aku yakin karena bumbu lodeh itu
“kalau ditambah kunyit cabe rawit ntar jadi lodeh.” Tapi si mrs bilnk masih kepo,
“tapi kan, aku nggak pake bayam loh masak bobornya” dalam hatiku berteriak, emangnya yang disebut bobor itu karena bayam? Kan karena bumbunya bego!! Tapi itu dihati doang. Kan aku nggak mungkin berani nyeletuk begitu. Yang keluar Cuma,
“sama aja, bu!” dalam sejenak suasana ternyata hening. Semua orang di ruangan itu memperhatikan aku menjelaskan dengan seksama.
“wah, bu. Emang kamu tuh calon istri ideal. Pinter masak. Pantesan gemuk, ntar suamimu pasti gemuk” lalu aku dengar suara jangkrik.. krik krik krik… pikiranku melayang.
**
Barusan aku menyadari sesuatu, kemarin aku mem-post tulisanku tentang jodohku. Kira-kira bagian ini
1.        Tampan, ceria dan baik hati.
Tampan? Haruslah mendapat wanita yang rupawan juga. Bersenyum manis, berkulit putih langsing dan percaya diri. Menurutmu dimana letakku? Bloggie, aku tidak cantik manis aja. Aku tidak langsing, guendut malah. Ceria? Aku ceria kalau hatiku lagi asyik aja. Kalu nggak? Mulut manyun sepanjang hari. Baik hati? Alah… baik nya aku Cuma di depan doang. Dibelakang menggerutu. masyaAlloh/. Laki-laki mana yang mau sama penggerutu yang melakukan segala kebaikan dengan keterpaksaan.
Nah, sadarlah aku. Aku gendut, maka mungkin aku akan mendapat pria yang gendut.  Lalu aku mengeluh, ya Alloh, masak iya aku akan menikah dengan pria yang sama gendut atau bahkan lebih gendut. Ya Alloh, harus ya aku diet?
Karena setelah percakapan itu seorang kawan yang baru menikah, dia tidak terlalu gendut, berkata, “aku diet, karena kata istriku nggak pantes jalan sama dia, dia kurus kering aku nya kok gendut” nah loh… jadi sebenarnya bisa berubah kan?
Aku jadi ingin berucap janji
“1. Jika aku mau mendapat laki-laki yang tidak gendut, maka aku harus mengurangi berat badanku. Jadi konsisten… itu langkah pertama” semoga langkah berikutnya segera aku tulis…
Sekarang doaku,
“ya Alloh, beri aku kekuatan untuk istiqomah megurangi berat badaku. Setidaknya sampai ketika aku baru mulai kerja, ya sekitar 50 sekian lah.. ya? Bantu aku ya Alloh!!!””

Sekarang selanjutnya,

semRangatttttttttttt